“Dasar anak tidak tahu diri! Sudah tiga hari
kamu pulang malam dan tidak ikut makan malam. Kemana sih kamu?” Lagi-lagi ayah
memarahiku, padahal kemarin aku sudah minta izin pada ibu. Ibu sedang pergi,
aku memberitahu ayah, bahwa aku sudah izin pada ibu, tapi ayah tidak percaya.
Menyebalkan!
“Ayah jahaaaat!!!” aku berteriak di kamar
sekeras-kerasnya, walaupun aku tahu ayah pasti mendengarnya. Aku tidak perduli
seberapa besar saying ayah padaku, tapi yang pasti, aku tahu bahwa rasa saying
ayah tidak lebih besar dari rasa bencinya terhadapku. Keesokan harinya, ayah
tidak mau bicara denganku dan ibu, hari itu semuanya diam, hening, tidak
terdengar suara, kita semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sorenya, aku
pergi keluar rumah, menuju taman. Ditaman, aku hanya duduk pada ayunan, disana
sangat sepi, aku merasa hanya aku seorang disana.
Dugaanku salah, ada makhluk lain selain aku,
aku merasa makhluk itu makin dekat denganku. Tidak kusangka, itu adalah anjing
hearder, anjing yang sangat kutakuti, karena aku refleks, aku berlari
sehingga anjing itu mengejarku, akupun berlari tunggang-langgang. Aku terus
berlari, sampai aku pergi ke suatu lorong yang merupakan jalan buntu. Aku sudah
tidak tahu harus kemana, anjing itu semakin dekat. Akhirnyam aku pasrah, aku
hanya bisa duduk termenung. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menghantam
anjing itu, itu ayahku! Aku sudah tidak dapat berkata apa-apa, aku langsung
memeluk ayah, dalam hati aku berkata, “ayah, maafkan aku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.