Senin, 25 Juni 2012

Ayah Sayang Aku




“Dasar anak tidak tahu diri! Sudah tiga hari kamu pulang malam dan tidak ikut makan malam. Kemana sih kamu?” Lagi-lagi ayah memarahiku, padahal kemarin aku sudah minta izin pada ibu. Ibu sedang pergi, aku memberitahu ayah, bahwa aku sudah izin pada ibu, tapi ayah tidak percaya. Menyebalkan!

“Ayah jahaaaat!!!” aku berteriak di kamar sekeras-kerasnya, walaupun aku tahu ayah pasti mendengarnya. Aku tidak perduli seberapa besar saying ayah padaku, tapi yang pasti, aku tahu bahwa rasa saying ayah tidak lebih besar dari rasa bencinya terhadapku. Keesokan harinya, ayah tidak mau bicara denganku dan ibu, hari itu semuanya diam, hening, tidak terdengar suara, kita semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sorenya, aku pergi keluar rumah, menuju taman. Ditaman, aku hanya duduk pada ayunan, disana sangat sepi, aku merasa hanya aku seorang disana.

Dugaanku salah, ada makhluk lain selain aku, aku merasa makhluk itu makin dekat denganku. Tidak kusangka, itu adalah anjing hearder, anjing yang sangat kutakuti, karena aku refleks, aku berlari sehingga anjing itu mengejarku, akupun berlari tunggang-langgang. Aku terus berlari, sampai aku pergi ke suatu lorong yang merupakan jalan buntu. Aku sudah tidak tahu harus kemana, anjing itu semakin dekat. Akhirnyam aku pasrah, aku hanya bisa duduk termenung. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menghantam anjing itu, itu ayahku! Aku sudah tidak dapat berkata apa-apa, aku langsung memeluk ayah, dalam hati aku berkata, “ayah, maafkan aku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.